“Gedung Persatuan Wanita: Memori Perjuangan Wanita Indonesia”
- museumpergerakanwa
- 6 Jan 2024
- 2 menit membaca

Kongres Kowani II menghasilkan keputusan penting sebagai rencana yaitu mengadakan peringatan Seperempat Abad Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia (usul Ibu Sri Mangoensarkoro dari Partai Wanita Rakyat). Peringatan seperempat abad pergerakan wanita dibuat dengan menyusun salah satu program yaitu mendirikan suatu monumen yang menjadi titik baliknya kongres perempuan yang pertama.
Pendanaan dimulai pada tahun 1954 yang mana dijadikan tahun serba dharma. Seruan dharmabakti pengumpulan dana untuk gedung monumen dikirim ke seluruh penjuru tanah air dan ke Kedutaan-kedutaan RI di luar negeri.
Jasa Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai penasehat dimana saat itu pada puncak acara peringatan seperempat abad KPWI, dimana monumen itu akan didirikan uang sepeserpun belum ada apalagi tanah. Dengan harap cemas Ibu Sri Mangoensarkoro dan Ibu S. Iman Soedijat menghadap Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk meminta nasehat dan petunjuknya. Selaku penasehat Sri Sultan Hamengkubuwono IX bersabda :
Kalian tidak usah bingung dan cemas
Di daerah Demangan sana ada sebidang tanah seluas 1 ¼ ha, milik Bank Negara Indonesia pakailah itu.
Tentang harga dan pembayarannya kita runding kemudian
Kemudian Sri Sultan Hamengkubuwono IX juga memberi pesan ke BNI yang tanahnya akan dibeli oleh Yayasan Hari Ibu.
Berilah harga yang serendah mungkin
Cara pembayaran yang seringan mungkin
Yayasan Hari ibu mulai mengangsur jika punya uang
Diatas tanah itu akan didirikan Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia bukan pabrik/perusahaan atau sejenisnya
Jika Yayasan Hari Ibu tidak membayar tidak tepat pada waktunya, itu tanggungan saya.
Peletakan batu pertama dilangsungkan tepat jam 11.00 tanggal 22 Desember 1953. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Ibu Soekonto, sebagai penghormatan dan penghargaan jasa-jasanya sebagai salah satu orang pemrakarsa adanya Kongres Perempoean Indonesia I pada tahun 1928 dan sekalian memimpin kongres tersebut. Urutan peletakan batu pertama sesudah Ibu Soekonto yakni Ibu Sri Mangoensarkoro, Wakil Organisasi Wanita, Wakil Pemuda dan yang terakhir Wakil Masyarakat. Peresmian Gedung Monumen Wanita Indonesia pada 22 Desember 1983 oleh Presiden Soeharto.
[Muhammad Isro’ Al-Fajri, Senin (09/10/2023) - Yogyakarta]
Referesnsi:
YAYASAN HARI IBU - YHI KOWANI dan Gedung Monumen Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia “ MANDALA BHAKTI WANITATAMA (MBW) Selayang Pandang. Disampaikan pada HUT ke 43 YHI (15 Desember 1953 - 15 Desember 1996). Jakarta: Kongres Wanita Indonesia KOWANI.
Jannah, Nadiatul Diah. “Mandala Bhakti Wanitatama: memori kolektif pergerakan perempuan dalam terciptanya kesetaraan gender”. JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia) Vol.09. No.02 (2022): 108
Comments